Cara Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok
Cara membudidayakan ikan lele semakin hari semakin modern. Kali ini sedang trend cara budidaya lele dengan sistem bioflok. Yaitu sistem budidaya yang menggunakan gumpalan-gumpalan kecil dari hasil pembuangan limbah kotoran ikan menjadi mikro organisme yang berguna untuk pakan ikan dengan penambahan bakteri non pathogen.
Sistem ini sudah teruji mampu meningkatkan produksi ikan lele menjadi lebih banyak. Sehingga mampu menghemat tempat dan menambah penghasilan.
Cara pembuatannya adalah dengan pembuatan kolam yang memiliki bentuk lingkaran. Sementara di dalam air kolam di pasang aerator dan ditambahkan bakteri untuk membantu penguraian kotoran atau limbah menjadi makanan ikan lele.
Berikut langkah pembuatan sistem bioflok
1. Siapkan kolam
Kolam yang ideal adalah kolam terpal dengan kerangka besi. Kolam berbentuk lingkarang dengan diameter 2 - 3 meter. Tergantung tempat yang tersedia.
Kedalaman kolam berkisar antara 80 - 120 cm. Sedangakan didalam kolam juga harus dilengkapi saluran pembuangan air yang bisa dibuat dengan menggunakan pipa paralon ukuran 3".
Letakkan kolam dibawah naungan. Agar terhindar dari terik sinar matahari. Yang paling penting adalah terhindar dari air hujan. Karena akan menganggu aktivitas bakteri dalam pembentukan mikro organisme sebagai pakan ikan lele.
Pasang peralatan aerator dan selang untuk proses aerasi. Memang terlihat sangat rumit. Tapi lakukan saja, pasti lebih mudah dari teorinya.
Contoh bioflok di Jepang
2. Persiapan air untuk biofloc
Jika dalam budidaya sistem konvensional persiapan hanya untuk menghilangkan bakteri. Namun di sistem biofloc ini ada beberapa tahapan yang harus di lakukan sebelum penebaran bibit.
- Sterilisasi air, yaitu dengan cara mengisi air kolam sampai ketinggian yang ideal, 80 - 120 cm. Lalu tambahkan kaporit sebanyak 20 - 30 gram/meter kubik air.
- Lakukan aerasi, yaitu dengan cara menyalurkan oksigen melalui selang-selang aerator sampai bau kaporit hilang. Lakukan selama 3 hari agar bau kaporit dapat hilang sempurna.
- Tambahkan garam, hari ke-4 tambahkan garam dengan dosis 1 - 3 kg per meter kubik. Lalu lakukan aerasi kembali.
- Tambahkan kapur dolomite, hari ke-5 kolam ditambahkan kapur dolomite dengan besar dosis 100 gram per meter kubik.
- Tambahkan molase, hari ke-6 tambahkan molase dengan dosis 100ml per meter kubik air. Jika bingung apa itu molase, anda bisa cari di toko perikanan atau pertanian. Yaitu EM4 perikanan.
- Bisa juga tambahkan probiotik lainnya untuk menunjang efisiensi pakan dan pertumbuhan dari mikro organisme didalam kolam.
- Tambahkan pupuk kompos, penambahan pupuk ini bisa dengan jumlah 1 - 2 karung. Namun tergantung ukuran kolam. Yang jelas, dalam penambahan kompos. Kondisi kompos harus benar-benar sudah menjadi kompos dan pastikan kompos berada dalam karung dengan ikatan yang kuat.
Ciri-ciri biofloc yang sudah terbentuk adalah jika warna air kolam coklat muda (krem). Dan ada berupa gumpalan yang bergerak bersama arus air.
Sementara pH air cenderung di kisaran 7 (7,2-7,8) dengan kenaikan pH pagi dan sore yang kecil rentangnya kecil yaitu (0,02-0,2).
3. Penebaran bibit
Setelah proses persiapan baik persiapan kolam dan persiapan air untuk metode biofloc selesai. Barulah bibit dapat ditebar ke dalam kolam.
Untuk kepadatan bisa mencapai 1000 per meter persegi. Namun pemeliharaannya harus sesuai standar.
Dan penebarannya pun sesuai penebaran dalam teknik konvensional.
4. Pemberian pakan
Pada sistem biofloc, maka pemberian pakan tidak sama dengan sistem konvensional.
Yang dimaksud tidak sama adalah kapasitas atau jumlah pakan yang diberikan.
Yaitu hanya 10 - 15 persen dari pakan teknik konvensional. Bisa dihitung sendiri.
Itulah cara budidaya ikan lele yang menggunakan sistem biofloc. Caranya memang agak rumit. Namun jika di lakukan maka akan terasa lebih mudah.
Bisa dilihat juga ya https://www.cekaja.com/info/4-tempat-pinjam-uang-yang-mudah-dan-sering-dilupakan
ReplyDelete